Minggu, 13 Oktober 2019

Arsitektur Hijau

I.           PENDAHULUAN
   A.          Latar Belakang
Zaman yang sudah modern seperti saat ini, banyak sekali fasilitas yang sudah memadai. Dengan adanya kebutuhan yang serba instant, membuat orang semakin malas untuk melakukan sesuatu secara konvensional, terlebih kebutuhan papan yang merupakan kebutuhan kapital bagi setiap orang membuat bidang properti menjadi meningkat. Hal ini dapat mempengaruhi percepatan arus urbanisasi dan dampak sosial yang terjadi. Mereka yang belum memiliki tempat tinggal secara permanen, telah membentuk lingkungan yang kumuh. Selain itu, pemanfaataan sumber daya alam yang sudah tidak diperhitungkan lagi seberapa besar dampak yang akan terjadi, menambah kerusakan pada alam ini.

Arsitektur Hijau merupakan tonggak awal lahirnya sebuah proses dari bangunan hijau dan konstruksi hijau. Arsitektur Hijau adalah sebuah konsep arsitektur yang berusaha meminimalkan pengaruh buruk terhadap lingkungan alam maupun manusia dan menghasilkan tempat hidup yang lebih baik dan lebih sehat, yang dilakukan dengan cara memanfaatkan sumber energi dan sumber daya alam secara efisien dan optimal.

Dalam mendesain bangunan, seorang arsitek memiliki peran yang sangat besar dalam menentukan konsep sebuah bangunan hingga ke material yang digunakan. Oleh sebab itu, sebuah bangunan hijau, yang proses pembangunannya dilakukan dengan prinsip-prinsip konstruksi hijau lahir dari sebuah desain arsitektur hijau.
Green building adalah bangunan di mana sejak dimulai dalam tahap perencanaan, pembangunan, pengoperasian hingga dalam operasianal pemeliharaannya memperhatikan aspek-aspek dalam melindungi, menghemat, mengurangi pengunaan sumber daya alam, menjaga mutu dari kualitas udara di dalam ruangan dan memperhatikan kesehatan penghuninya.

  B.        Permasalahan
1.     Apa pengertian dari Arsitektur hijau dan green building ?
2.     Bagaimana perkembangan Arsitektur Hijau di Indonesia ?
3.  Faktor apa saja yang dapat menentukan suatu bangunan dapat diberi sertifikasi green building ?

  C.         Tujuan
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk memberikan ide pembangunan rumah yang ramah lingkungan dan hemat energi yang sesuai dengan kondisi geografis Indonesia

  D.         Metodologi
Makalah ini disusun dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Melalui metode ini penulis akan menguraikan permasalahan yang dibahas secara jelas dan komprensif. Data teoritis dalam makalah ini dikumpulkan dengan menggunakan teknik studi pustaka, artinya penulis mengambil data melalui kegiatan membaca berbagai literatur yang relevan dengan tema makalah. Data tersebut diolah dengan teknik analisis isi melalui kegiatan mengeksposisikan data serta mengaplikasikan data tersebut dalam konteks tema makalah.

  E.         Sistematika Penulisan
Untuk memahami lebih jelas laporan ini, maka materi-materi yang tertera pada Makalah ini dikelompokkan menjadi beberapa sub bab dengan sistematika penyampaian sebagai berikut :
1. Pendahuluan
Berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan, metodeologi, dan sistematika penulisan.
2. Tinjauan Pustaka
Berisi tentang uraian teori dan perkembangan Arsitektur Hijau
3. Studi Kasus
Berisi tentang pembahasan bangunan yang menggunakan green architecture
4. Kesimpulan
Bab ini berisi kesimpulan yang berkaitan dengan analisa dan optimalisasi sistem berdasarkan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya.

II.           TINJAUAN PUSTAKA
              A.          Teori Arsitektur Hijau dan Green building
Arsitektur hijau merupakan konsep arsitektur yang berusaha untuk meminimalkan dampak negatif yang ditimbulkan oleh moderasi dan efisiensi dalam pemakaian bahan bangunan, energi, serta ruang pembangunan terhadap lingkungan alam. Konsep ini juga biasa disebut arsitektur berkelanjutan. Di dalam konsep arsitektur hijau, pendekatan utama yang digunakan yaitu kesadaran pada energi dan konservasi ekologi dalam pengelolaan lingkungan. 

Sedangkan manfaat utama dari green architecture diharapkan bisa melestarikan lingkungan alam sekitar sehingga tetap layak huni bagi generasi yang akan datang.
Green building adalah bangunan di mana sejak dimulai dalam tahap perencanaan, pembangunan, pengoperasian hingga dalam operasianal pemeliharaannya memperhatikan aspek-aspek dalam melindungi, menghemat, mengurangi pengunaan sumber daya alam, menjaga mutu dari kualitas udara di dalam ruangan dan memperhatikan kesehatan penghuninya.

Istilah green building merupakan upaya untuk menghasilkan bangunan dengan menggunakan proses-proses yang ramah lingkungan, penggunaan sumber daya secara efisien selama proses pembuatannya hingga pembongkarannya.

Ada 6 aspek yang menjadi pedoman dalam evaluasi penilaian green building oleh tim GBCI (Green Building Council Indonesia) yang terdiri dari :
1. Tepat Guna Lahan (Approtiate Site Development / ASD)
2. Efisiensi dan Konservasi Energi (Energy Efficiency & Conservation / EEC)
3. Konservasi Air (Water Conservation / WAC)
4. Sumber dan Siklus Material (Material Resource and Cycle / MRC)
5. Kualitas Udara & Kenyamanan Ruang (Indoor Air Health and Comfort / IHC)
6. Manajemen Lingkungan Bangunan (Building and Environment Management / BEM)

Penerapan aspek green building dari segi desain bangunan ada 4 yaitu : 2
1. Bentuk Bangunan
2. Shading & Reflektor
3. Sistem Penerangan
4. Water Recycling System

Ada beberapa aspek utama dalam Green Building yaitu :
1. Material
2. Energi
3. Air
4. Kesehatan

Beberapa manfaat dalam green building adalah manfaat lingkungan, manfaat ekonomi dan manfaat sosial. Green building adalah bangunan yang berkelanjutan. Green building sendiri memberikan banyak manfaat tetapi di samping itu, green building juga membutuhkan dana yang tidak sedikit. Meskipun green building memberikan banyak manfaat bagi masyarakat, green building juga mempunyai hambatan dalam proses pembangunannya. Dalam rangka memenuhi atau membantu green building dalam prosesnya, penelitian ini bertujuan untuk menemukan atau membantu memecahkan kesulitan yang terjadi pada green building dalam proses pembuatannya. Masalah yang terdapat dalam proses pengembangan green building adalah kesadaran tentang green building, komitmen perusahaan dalam green building, tingkat pengembangan green building di yogyakarta, manfaat keuangan green building dan peran utama dalam mengembangkan green building.

              B.           Perkembangan Arsitektur Hijau
Di Indonesia sendiri, gerakan Arsitektur Hijau juga tampak pada tahun 1980-an. Beberapa tokoh yang turut berperan adalah Y.B. Mangun Wijaya, Heinz Frick, dan Eko Prawoto (Tanuwidjaya, Gunawan). Pada tahun 2009, didirikan Green Building Council Indonesia (atau sering juga disingkat GBCI). Yaitu sebuah lembaga mandiri dan nirlaba yang didirikan oleh pihak-pihak yang berkepentingan seperti: biro konsultan dan konstruksi, kalangan indistri properti, pemerintah, intitusi pendidikan, dan masyarakat peduli lingkungan sebagai sarana pertimbangan dan sertifikasi bangunan bertaraf green. Menurut GBCI dalam programnya yang disebut Green Ship, terdapat beberapa faktor yang menentukan apakah suatu bangunan dapat diberi sertifikasi green building. Yaitu:
·       Tepat guna lahan
·       Efisiensi energi dan refrigerant
·       Konservasi air
·       Sumber dan siklus material
·       Kualitas udara dan kenyamanan udara
·       Manajemen lingkungan bangunan

Menurut Paola Sassi, dalam bukunya yang berjudul: “Strategies for Sustainable Architecture”, hal-hal yang mempengaruhi tepat guna lahan dapat dibagi menjadi tiga yaitu: memilih lahan dengan mempertimbangkan keberadaan fasilitas transportasi publik, jaringan pedestrian dan jalur sepeda, nilai ekologi lahan, dan dampak lahan pada komunitas: menggunakan lahan dengan efisien dengan mempertimbangkan kebutuhan komunitas, kepadatan, pengembangan yang atraktif, kemungkinan mixed-use, dan membangun diatas lahan yang sebelumnya terabaikan; meminimalisir dampak pengembangan dengan melindungi habitat alami, memoertahankan tanaman existing, meningkatkan potensi pedestrian dan jalur sepeda, menambahkan fungsi produksi pangan apabila memungkinkan.

Dalam praktiknya, desain Bangunan Hijau atau Green Building terkadang ditolak oleh klien karena besaran dana yang cenderung lebih besar apabila dibandingkan dengan bangunan tanpa konsep green dalam upaya mempersiapkan fasilitas-fasilitas ‘hijau’-nya tanpa mengetahui dan/atau mempertimbangkan besaran dana yang perlu dipersiapkan nantinya manakala bangunan siap untuk ditinggali. Hal ini juga terjadi karena kurangnya pengetahuan dan/atau kesadaran klien mengenai pentingnya Arsitektur Hijau bagi keberlangsungan komunitas kedepannya.
  
III.           STUDI KASUS
     Bangunan dengan Green Building

Nanyang Technological University – Singapura

  


 Dengan dukungan dari pemerintah, bangunan-bangunan hijau di Singapura kerap bertambah, salah satunya adalah Nanyang Technological University yang menerapkan fasad kaca yang mengurangi solar gain dan heat load sehingga mendapatkan natural views dan pencahayaan yang efektif. Bangunan ini juga dikenal dengan green roof yang melengkung sebagai ruang terbuka hijau yang digunakan untuk tempat berkumpul. Tidak hanya itu, green roof ini juga berfungsi sebagai insulasi termal, dan rainwater harvesting untuk irigasi lansekap. Rumput yang ditanam juga dibuat menyesuaikan lansekap sekitar agar bangunan menyatu dengan lingkungan.


Beberapa konsep pada Nanyang Technological University :
1. Memiliki konsep high perfomance building & earth friendly.
- Dapat dilihat dari dinding bangunan, terdapat kaca di beberapa bagiannya yang berfungsi untuk menghemat penggunaan elektrik terhadap bangunan, terutama segi pencahayaan dari lampu.  
- Menggunakan energi alam seperti angin, sebagai penyejuk lingkungan.
- Bahan-bahan bangunan yang digunakan cenderung ramah pada lingkungan seperti keramik dengan motif kasar pada lantai untuk mengurangi pantulan panas yang dihasilkan dari dinding yang berkaca. - Kolam air yang berada ditengah kampus berfungsi selain mereduksi panas matahari sehingga udara  tampak sejuk dan lembab.

2. Memiliki konsep sustainable.
Pembangunannya sangat di konsepkan, menelaah lahan lingkungan wilayah yang sangat terbatas, dengan konsep alamiah dan natural, dipadukan dengan konsep teknologi tinggi, bangunan ini memungkinkan terus bertahan dalam jangka panjang, karena tidak merusak lingkungan sekitar yang ada.

3. Memiliki konsep future healthy.
- Dapat dilihat dari beberapa tanaman rindang yang mengelilingi bangunan, membuat iklim udara yang sejuk dan sehat bagi kehidupan sekitar, lingkungan tampak tenang, karena beberapa vegetasi dapat digunakan sebagai penahan kebisingan. Dinding bangunan curtain wall dilapisi alumunium dapat berguna untuk UV protector untuk bangunan itu sendiri. Tentunya ini semua dapat memberi efek positif untuk kehidupan. 
- Pada bagian atap gedung, terdapat tangga untuk para pengguna yang akan menuju lantai atas. Ini dapat meminimalisasi penggunaan listrik untuk lift atau eskalator. Tentu lebih menyehatkan, selain sejuk karena disepanjang anak tangga terdapat rumput yang digunakan sebagai green roof, pengguna juga mendapatkan sinar matahari.

4.  Memiliki konsep climate support.
Dengan konsep penghijauan, sangat cocok untuk iklim singapura yang masih tergolong tropis (khatulistiwa). Pada saat penghujan, dapat sebagai resapan air, dan pada saat kemarau, dapat sebagai penyejuk udara.

5.  Memiliki konsep aesthetic use.
Penggunaan green roof pada kampus ini, selain untuk keindahan dan agar terlihat menyatu dengan alam,  juga dapat digunakan sebagai water catcher sebagi proses pendingin ruangan alami karena sinar matahari tidak diserap beton secara langsung. Ini juga menurunkan suhu panas di siang hari dan sejuk di malam hari untuk lingkungan sekitarnya. Desainnya yang melengkung digunakan agar penyerapan matahari oleh kulit bangunan dapat di minimalisasikan.


IV.           KESIMPULAN
Dari makalah tentang Arsitektur Hijau yang telah saya buat ini, dapat disimpulkan bahwa:
1.  Green building (juga dikenal sebagai konstruksi hijau atau bangunan yang berkelanjutan) mengacu pada struktur dan menggunakan proses yang bertanggung jawab terhadap lingkungan dan sumber daya yang efisien di seluruh siklus hidup-bangunan: mulai dari penentuan tapak untuk desain, konstruksi, operasi, pemeliharaan, renovasi pembongkaran, dan. Hal ini membutuhkan kerjasama yang erat dari tim desain, arsitek, insinyur, dan klien di semua tahapan proyek.

2.  Energi matahari sebagai alternatif energi selain BBM & MIGAS dapat diterapkan dalam membangun rumah yang hemat energi dalam bentul panel surya untuk atap maupun dalam bentuk sel gratzel yang bisa digunakan sebagai jendela.

3.   Tingginya biaya instalasi panel surya dapat diatasi jika ada kemauan dari pihak pemerintah misalnya dengan memberikan subsidi, sosialisasi besar-besaran mengenai keuntungan penggunaan sel surya, serta kemauan dari pihak industri bersama teknokrat untuk menciptakan sel surya yang murah dan efisien.

4.     Pada skala lingkungan mikro, fenomena radiasi matahari ini mempengaruhi laju peningkatan suhu lingkungan. Kondisi demikian mempengaruhi aktivitas manusia di luar ruangan, untuk mengatasi fenomena ini ada tiga hal yang bisa dikendalikan yaitu durasi penyinaran matahari, intensitas matahari, dan sudut jatuh matahari

5.   Pemilihan material untuk membangun sebuah rumah juga akan berpengaruh terhadap efek keramah-tamahan lingkungan yang sedang gencar-gencarnya dikampanyekan. gunakanlah sumber daya yang bisa diperbarui. Sumber daya yang bisa diperbarui misalnya material bangunan dari kayu, bebatuan dan semacamnya yang pada umumnya adalah material alami yang banyak terdapat di lingkungan sekitar dan mudah untuk diperbarui kembali. Selanjutnya bisa menggunakan kembali material bangunan yang masih layak pakai, dan mengolah limbah atau material sisa bangunan untuk dapat dimanfaatkan kembali.

6.   Perancangan rumah yang hemat energi dan ramah lingkungan harus memperhatikan aspek kecukupan cahaya, ventilasi, dan sanitasi.

7.    Sebaran penggunaan energi dalam rumah tinggal lebih banyak pada aspek fungsi penghawaan atau penyegaran udara dan aspek fungsi pencahayaan, sehingga kedua hal ini penting untuk menjadi fokus dalam pembahasan konsep penghematan energi ini. Pembahasan tentang penghematan energi ditekankan pada langkah ekologis, yaitu dengan menciptakan kesinambungan antara rumah tinggal dengan lingkungannya atau adanya interaksi dengan alam.

8.   Pemilihan bahan material untuk bangunan hendaknya juga memperhatikan aspek keberlanjutan dan ramah lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA
Lasera, A. (2012). “Rumah Hemat Energi dan Ramah Lingkungan”. Makalah Kompetisi Artikel Online 2012. Temanggung.
Munir, A. (2009) “Sains Arsitektur 2”. Makalah Peneilitian Pemasangan Green Panel  Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”. Jawa Timur.
Darmanto, Dedy. 2013. Penilaian Kriteria Green Building Pada Gedung Rektorat ITS. Surabaya: Jurnal Teknik Pomits. EPA. 2016. Differrent Shades of Green. US: Green Infrastructure Research. Green Building Council Indonesia. 2016. Greenship Existing Building Version 1.1. Jakarta: GBCI. Karyono, Tri Harso. 2010. Green Architecture: Pengantar Pemahaman Arsitektur Hijau di Indonesia. Jakarta: Penerbit PT Raja Grafindo Persada.





Ketahanan Nasional

Tugas Pendidikan Kewarganegaraan Ketahanan Nasional Disusun Oleh Ahmad Zulfikar 20318352 2TB05 Teknik Arsitektur ...